POLA PIKIR DAN SIKAP PRIBADI MUSLIM

MENANAMKAN SIFAT JUJUR
September 16, 2020
PEREMPUAN PENGGERAK PERUBAHAN
September 18, 2020

Membangun kebiasaan memang tidak mudah, namun sebelum kita membangun kebiasaan yang paling mendasar adalah kita merubah “mindset” kita. Iya mindset atau pola pikir. Sadar atau tidak sadar, seseorang akan bersikap atau bertingkah laku ketika sudah ada pemikiran terhadap sesuatu tersebut. Jadi secara sederhana pola pikir akan membentuk pola sikap seseorang.

Contoh nya adalah, sikap kita terhadap orang yang dikenal akan berbeda sikap kita terhadap orang yang tidak dikenal, apalagi sikap terhadap orang yang dikenal dan berhutang dengannya. Karena dalam pikiran, pasti terbesit ada hutang dan tidak enak kalau belum bayar (karena hutang adalah janji), bagi orang yang memahami bahwa hutang tersebut janji. Jadi kita bersikap mohon maaf atau meminta penangguhan pembayaran hutang. Namun ada juga orang yang cuek, karena mindset belum terbentuk. Jadi mindset ini bukan hanya sekedar informasi saja namun juga yang menjadi pemahaman seseorang, dengan pemahaman itu menjadi dasar dia dalam bertingkah laku atau bersikap.

Setelah kita mengetahui bahwa pola pikir kita akan membentuk pola sikap, berarti kita perlu asupan yang tepat sebagai konsumsi untuk kita berfikir, apabila sumber asupan tersebut tidak tepat maka pemikiran kita tidak tepat pula. Allah swt telah memberikan informasi yang tepat dan pasti benar melalui kitabnya yaitu Alquran dan juga melalui risalahNya yaitu Sunnah Rasulullah Saw. Dari sinilah insyaAllah kita mendapatkan asupan yang tepat untuk pemikiran kita, artinya sebagai petunjuk dan jalan hidup kita adalah islam. Tepat sekali dikatakan islam sebagai the way of life, sumber asupan untuk kita berfikir.

Lantas apakah kita tidak boleh belajar dengan siapapun tanpa memandang agama sebagai patokan? Nah tadi dikatakan memang islam sebagai the way of life, bukan berarti kita tidak bisa mendapatkan asupan atau informasi untuk pemikiran kita dari orang yang bukan beragama islam. Islam telah mengajarkan, serahkanlah urusan itu pada ahlinya, artinya ada bidang-bidang yang memang kita harus bertanya pada ahlinya.

Untuk ahli agama tentu saja kita harus merujuk pada ulama sebagai penerus risalah ajaran islam ini, tentu saja ulama yang berdasarkan dengan kitabullah dan sunnah rasulullah. Dan juga untuk mencari solusi-solusi akan permasalahan hidup ini, kita harus merujuk kepada islam sebagai problem solver melalui tangan-tangan para ulama. Sedangkan bidang-bidang lainnya yang terlepas dari pengaruh aqidah tertentu maka kita bisa bertanya kepada ahlinya, dulu ketika Muhammad al faith menaklukkan konstantinopel, pembuatan meriamnya mengambil ide dan konsep ahli meriam dari kalangan bukan beragama islam. Berarti islam membolehkan kita belajar kepada siapapun yang berkenaan dengan sains dan teknologi.

Untuk sains dan teknologi kita bisa mendapatkan asupan dan informasi dari siapapun tanpa ada pengaruh terhadap aqidah tertentu. Nanti yang akan mempengaruhi adalah ketika kita memanfaatkan sainstek tersebut. Bagi pribadi muslim, sains dan teknologi dipergunakan untuk meningkatkan iman dan takwa, sehingga kita beribadah sesuai dengan ketentuan. Bukan digunakan malah untuk menghancurkan. Misalnya mesin-mesin industri pakaian yang digunakan untuk memproduksi pakaian yang sesuai dengan aturan islam, menutup aurat dan menampakkan keindahan.

Sementara asupan yang dipengaruhi oleh aqidah tertentu tentu saja harus kita tolak dan dihindari dalam rangka menjaga pola pikir kita agar tidak salah dalam bersikap. Misalnya tentang kebudayan pola hidup, pemikiran-pemikiran yang dapat merusak tatanan agama hingga tingkah laku kita. Selanjutnya setelah kita sudah membentuk pola pikir maka kita akan bersikap dan mulai membangun kebiasaan.

Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published.