TENTANG SINDROM IMPOSTOR

KEPEMIMPINAN DAN MASA KINI
October 6, 2020
AKTUALISASI SIKAP SABAR
October 8, 2020

Akhir-akhir ini permainan among us sedang ramai. Sebuah permainan yang mana terdapat seseorang yang menjadi peniru dalam kelompok astronot. Seorang impostor atau peniru harus menipu orang lain agar tidak ketahuan sebagai penyusup dalam kalangan astronot. Permainan ini sederhana, namun populer pada kalangan remaja.

Di balik ramainya permainan among us, timbul kekhawatiran. Sebagian orang berpikiran bahwa permainan itu membuka mata tentang kehadiran sindrom Impostor. Apa itu sindrom impostor?

Sebuah kondisi psikologis yang mana seseorang ragu apakah capaian dan prestasinya merupakan hasil upayanya sendiri. Kondisi itu membuatnya merasa tidak layak mendapatkan apa yang ia miliki saat ini.

Misal, seseorang menjadi seorang manajer. Namun, ia berpikir bahwa Ia menjadi seorang pemimpin bukan karena kemampuan. Menurutnya, ia menjadi manajer karena dekat dengan atasan atau lantaran beruntung. Kondisi itu membuatnya harus berpura-pura menjadi sosok manajer yang ia pikirkan.

Tujuannya satu: agar orang lain menganggapnya pantas dan ia tidak ketahuan sebagai orang yang tidak kapabel. Bagaimana cara menghadapi masalah ini dalam agama Islam?

Alquran dan Rasa Percaya Diri

Menghadapi rasa was-was dan takut merupakan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Kedua perasaan tersebut merupakan bentuk ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala pada hamba-Nya agar iman mereka bertambah.

Untuk sindrom impostor, Islam punya solusinya. Tidak ada hal yang terjadi tanpa kehendak Allah. Termasuk apa yang diperoleh manusia. Dalam kasus tersebut, Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 22,

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Dalam artikel ilmiah Abigail Abrams, penderita sindrom impostor terdiri dari beberapa golongan. Artikel dalam situs time itu menyebut sindrom impostor kerap menyerap para perfeksionis, ahli, orang-orang pandai, dan penyendiri.

Seluruh golongan itu memiliki kesamaan sifat, yakni: perfeksionis dan merasa mampu mengerjakan tugasnya sendiri. Mereka menetapkan standar yang begitu tinggi sehingga sulit menoleransi kesalahan kecil. Ketika terjadi hal yang tidak sesuai, maka mereka menganggap dirinya tidak mampu.

Dalam surat Al-Hadid ayat 22, Allah subhanahu wa ta’ala mengajarkan bahwa apa yang terjadi merupakan kehendak Allah. Oleh karenanya, cobalah untuk percaya diri dan terima kesalahan.

Kuat Menghadapi Cobaan

Takut bahwa Ia menjadi tidak sesuai ekspektasinya dan orang lain merupakan salah satu ciri penderita sindrom impostor. Islam mengajarkan untuk percaya bahwa Allah ta’ala selalu ada untuk membantu. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 139,

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Dalam surat Fussilat ayat 30, Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Agar terbebas dari perasaan was-was dan takut, maka ingatlah bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang beriman. Bahwa Allah telah menetapkan apa yang terjadi pada manusia. Sehingga, apapun yang terjadi juga merupakan kehendak Allah yang patut disyukuri.

Sindrom impostor memang bukan suatu gangguan yang mudah dihilangkan. Sembari kembali mengingat bahwa Allah akan selalu ada, ada baiknya jika berupaya untuk menyelesaikan gangguan tersebut dengan bantuan orang lain. Bantuan tersebut boleh jadi dengan berkonsultasi dengan orang terpercaya dan memahami bahwa tidak ada yang sempurna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *