Pernah terjadi peristiwa besar yang melibatkan umat Islam zaman dulu yakni Perang Khandaq. Perang tersebut melibatkan pasukan Islam melawan pasukan Quraisy dan Yahudi.
Perang Khandaq tepatnya terjadi pada pada 31 Maret 672. Perang Khandaq merupakan peristiwa bersejarah yang melibatkan pemimpin tertinggi Islam, Nabi Besar Muhammad SAW.
Seperti dilansir dari laman resmi Pesantren Al Manhaj, sebagian para jumhur ulama menjelaskan, Perang Khandaq terjadi pada Syawal di tahun 5 Hijriyah, namun ada pula yang mengatakan bahwa pertempuran tersebut terjadi pada tahun ke-4 Hijriyah.
Disebutkan pemicu Perang Khandaq berasal dari dendam lama orang-orang Yahudi yang diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah akibat mengkhianati perjanjian, atau tepatnya dalam Perang Bani Nadhir.
Saat itu sejumlah tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il, seperti Sallam bin abil Huqaiq, Hayyi bin Akhtab, Kinanah bin abil Huqaiq, Hauzah bin Qais al-Wa’iliy dan Abu Ammar al-Wa’iliy berangkat ke Makkah bertujuan untuk mengajak kaum musyrikin Quraisy memerangi Rasulullah. Mereka berjanji, “Kami akan bersama kalian berperang sampai berhasil menghancurkan kaum muslimin.”
Selain itu, mereka juga meyakinkan kaum Quraisy dengan mengatakan, bahwa kepercayaan kaum Quraisy lebih baik daripada agama yang dibawa Nabi Muhammad yaitu Islam.
Oleh karena itu Allah menurunkan Surat An Nisa Ayat 51:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari kitab, mereka mengimani sesembahan selain Allah dan thagut, serta mengatakan kepada orang kafir (musyrik Makkah) bahwa jalan mereka lebih benar dari pada orang orang beriman. (QS. An Nisa:51).
Kemudian, setelah terjadi kesepakatan dengan kaum Quraisy, tokoh-tokoh Yahudi tersebut mendatangi Suku Gathafan. Dalam pertemuan dengan tokoh Gathafan mereka mencapai dua kesepakatan :
Kemudian Rasulullah pun mendengar rencana orang-orang Yahudi itu yang akan menyerangnya bersama kaum Quraisy, dan seketika Rasul pun membuat beberapa strategi, di antaranya:
“Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan sholat. Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.”
Dari pertempuran tersebut diambil hikmah, bahwa ketauladanan Rasulullah sebagi pemimpin umat Islam patut dicontoh.
Misalnya Rasul meminta para sahabat dan muslim untuk menggali parit, walau harus menahan haus dan lapar. Hal tersebut demi kebaikan bersama, serta terhindar dari serangan musuh.
Kemudian, Rasulullah memberikan contoh dalam menghadapi suatu perkara atau masalah dapat ditempuh dengan cara bermusyawarah.