Dalam dunia pergaulan dikenal “basa-basi” yang bisa (saja) dianggap sebagai bagian dari adab sopan santun. Bahkan dalam ajaran Islam pun dikenal apa yang dinamai mudarah yaitu bersikap lemah lembut, menampilkan senyum dan berbicara halus terhadap seseorang.
Basa-basi yang dibenarkan adalah bersikap lemah lembut pada pihak lain dengan harapan lahirnya simpati sehingga yang dihadapi dapat menerima kebenaran yang akan disampaikan.
Tak ubahnya seperti dokter yang melayani pasien yang menderita luka borok yang terinfeksi. Sang dokter dengan perlahan dan lemah lembut membersihkannya dan memberinya obat sehingga pada akhirnya yang bersangkutan sembuh. Demikian lebih kurang penjelasan Ibnu al-Qayyim.
Hal di atas memperlihatkan betapa kedudukan akhlak/sopan santun demikian tinggi dan amat ditekankan oleh Islam. Bahkan Islam sendiri adalah akhlak yang luhur. Penekanan ini, antara lain, karena dengan akhlak/sopan santun akan tercipta keharmonisan hubungan dan kedamaian di bumi. Damai adalah dambaan setiap makhluk.
Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari, bahkan permusuhan dapat menjadi pertemanan yang akrab (QS. Fushshilat ayat 34). Di sisi lain, sopan santunlah yang lebih mampu meraih simpati dan menciptakan hubungan baik dibandingkan dengan apa pun selainnya, termasuk materi.
Dalam pendidikan di pesantren, akhlak dan sopan santun bahkan menjadi pondasi pendidikan. Sebelum belajar ilmu-ilmu agama yang lebih rumit, santri akan dididik lebih dulu mengenai adab dan sopan santun.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: “Kalian tidak dapat menjangkau semua orang dengan harta benda kalian, tapi mereka dapat terjangkau oleh kalian dengan wajah yang cerah dan akhlak yang luhur.” (HR. Al-Bazzar dan lain-lain)
Sopan santun adalah yang paling banyak dilihat orang. Tolok ukurnya pun dikenal luas walau oleh orang yang tidak terpelajar sekali pun.
Akidah kepercayaan tidak tampak karena tempatnya di dalam hati, ibadah pun tidak selalu dapat ditampilkan. Salat hanya wajib lima kali sehari dan tidak harus di depan umum. Puasa adalah rahasia antara yang berpuasa dengan Tuhan. Bisa jadi seseorang tidak berpuasa, tapi diduga berpuasa.
Namun, ciri utama sopan santun adalah harus tampak ke permukaan dan itulah yang dapat menjadi indikator utama tentang baik buruknya agama yang dianut.
Masuknya Islam ke Indonesia, bahkan Asia tenggara, adalah bukti konkret tentang hal di atas. Para pedagang yang datang dari Timur Tengah/luar Nusantara tidak mampu menggunakan bahasa lisan penduduk setempat, tetapi mereka berhasil menyebarkan Islam dengan bahasa sopan santun dan akhlak yang luhur.
Wallahua’lam
~~~~~~
www.shafa-alanshor.com