Pola hidup minimalis yang popular saat ini banyak diketahui berasal pemahaman Budhisme Zen dengan filosofi “less is more” yang menentang adanya prilaku konsumtif, namun Islam sebagai agama yang kompatibel dengan perkembangan zaman, telah lebih dahulu menerangkan dengan jelas terkait gaya hidup minimalis.
Gaya hidup minimalis secara umum dapat dipahami sebagai upaya pemanfaatan sarana dan prasarana seefisien mungkin, dengan mengurangi kuantitas materi maupun non materi, namun tetap memerhatikan aspek kualitas. Gaya hidup minimalis juga menitikberatkan pemahaman seseorang untuk mengutamakan apa yang dibutuhkan.
Konsep hidup minimalis bila dikaitkan dengan syariat Islam, sangat erat hubungannya dengan rasa syukur yang direalisasikan melalui sikap qonaah dan zuhud.
Qonaah dapat diartikan yaitu sikap merasa cukup dan senantiasa bersyukur atas pemberian Allah, sedangkan zuhud adalah upaya meninggalkan suatu perkara dunia yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa esensi dari konsep minimalis dalam Islam adalah mementingkan akhirat, dan menyederhanakan kehidupan dunia.
Banyak ayat Alquran dan Hadis yang menjelaskan tentang konsep minimalis diantaranya yaitu, Allah berfirman: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf/7:31)
Allah juga menjelaskan pada firmannya yaitu: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “(QS. Al-Furqan: 67)
Gaya hidup minimalis juga dapat kita teladani pada jati diri Rasulullah dimana Beliau memberi contoh kesederhaan dalam realita kehidupannya sehari-hari. Rasulullah Berdoa, “Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim)
Kehidupan Rasulullah yang jauh dari kata mewah, tidak lain karena Beliau paham bahwa kehidupan dunia ini adalah persinggahan semata. Beliau sebagai suri tauladan mengajarkan kepada umatnya untuk memprioritaskan tujuan akhir manusia, yaitu kehidupan akhirat. Rasulullah bersabda:
“Apa urusanku terhadap dunia? Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di siang hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu meninggalkannya.” (HR. At Tirmidzi)
Sudah sangat cukup dalil di atas dijadikan sebagai landasan syariat tentang pentingnya bergaya hidup minimalis. Selain bermanfaat bagi religiutas manusia, juga bermanfaat pada bidang kehidupan lainnya. Gaya hidup minimalis bermanfaat dalam menciptakan ketenangan batin dan pikiran, manajemen waktu dan materi yang baik, serta dapat meningkatkan produktifitas.
Gaya hidup minimalis dapat kita mulai dengan berbagai hal, diantaranya dengan senantiasa bersyukur dan merasa cukup, menyeleksi barang yang tak lagi digunakan, menghindari kredit terlebih yang berkaitan dengan riba, tidak berorientasi pada hal yang bersifat kekinian, fokus pada apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan.