Era sekarang, keberadaan media sosial (medsos) menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Hal ini tentu tidaklah mengherankan, karena medsos merupakan sarana yang paling efektif untuk menjalin hubungan yang baik dan hangat bersama orang-orang di berbagai daerah bahkan di belahan dunia ini.
Melalui medsos, kita dapat menjalin ikatan tali silaturahmi dengan keluarga atau sanak saudara yang berada di tempat yang sangat jauh. Melalui medsos, kita bisa dipertemukan kembali dengan sahabat atau teman lama setelah sekian lama terpisah tanpa kabar atau lost contact. Melalui medsos, kita juga dapat mengembangkan jaringan usaha atau bisnis kita hingga ke luar atau berbagai pelosok daerah.
Dari sekian banyak hal positif yang sangat beragam tersebut, yang paling menarik bagi saya adalah menjadikan medsos sebagai sarana menebar kebaikan. Kebaikan di sini bisa berupa rangkaian kata-kata yang dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi orang lain. Atau dengan kata lain, kita berusaha menggerakkan kesadaran sesama agar selalu berbuat kebaikan lewat kata-kata yang rutin kita update di medsos setiap harinya.
Ketika kita membuka akun Facebook, kita akan menjumpai kata-kata pada dinding Facebook yang sama sekaligus monoton; “Apa yang anda pikirkan sekarang?” Bagi sebagian orang, kata-kata tersebut langsung diabaikan begitu saja. Bahkan bisa jadi ada yang merasa sebal dengan kalimat yang tidak penting tersebut.
Padahal bila direnungi, kalimat “Apa yang anda pikirkan sekarang?” itu sangat penting dan memiliki kedalaman makna yang bisa membuat kita introspeksi diri. Ya, apa yang kita pikirkan pada saat membuka Facebook? Apakah suasana hati kita sedang baik, atau malah justru sebaliknya? Ini artinya, bila suasana atau kondisi kita sedang baik, maka saya yakin kita dapat berpikir cerah dan positif saat meng-update status.
Namun, ketika kondisi hati kita sedang kurang bahkan tidak baik, kemungkinan besar kita akan begitu mudah mengeluarkan kata-kata serapah, umpatan, bahkan cacian yang dapat membuat orang lain ikut terpengaruh. Bahkan kemungkinan besar kata-kata tersebut memancing amarah orang lain. Karena saya yakin, kebaikan dan keburukan itu ibarat penyakit menular.
Coba sekarang kita renungi bersama, seumpama kita dapat menularkan energi positif pada orang lain lewat kata-kata yang kita tulis di medsos, tentu kita akan merasakan kebahagiaan. Dalam Islam, kebaikan yang kita ucapkan dikategorikan sedekah. Dari sini saya kemudian memahami dan menganalogikan, bahwa menuliskan kata-kata kebaikan insya Allah juga tergolong amal kebaikan dan bisa menjadi ladang sedekah bagi setiap orang tanpa terkecuali.
Tak hanya itu, jika kita melakukannya (dengan rasa ikhlas dan tulus karena mengharap keridhaan dari-Nya) kita juga akan mendapatkan keuntungan berupa pahala karena telah menebarkan kebaikan kepada banyak orang. Begitu juga sebaliknya. Bila apa yang kita tulis di medsos malah memberikan dampak buruk bagi orang lain, maka kita pun akan terkena imbasnya, ikut menanggung dosa mereka.
Meski hanya satu Ayat
Syariat Islam mengajarkan kepada kita agar selalu menebar kebaikan dan kemanfaatan terhadap setiap orang, tanpa pandang bulu, bahkan meskipun terhadap mereka yang berbeda keyakinan pun kita tetap diperintahkan untuk bersikap ramah, baik, dan berusaha memberikan bantuan atau pertolongan saat mereka sedang membutuhkan bantuan dari kita.
Salah satu cara paling mudah dan efektif untuk menebar kebaikan adalah melalui kata-kata (melalui media sosial misalnya) yang memotivasi atau mendorong orang lain untuk berbuat baik. Selain itu, dengan sering mengucapkan dan menuliskan kata-kata yang baik, maka hal tersebut dapat menjadi semacam lecutan atau semangat bagi kita untuk selalu berbuat kebaikan dan berupaya sekuat tenaga menjauhi keburukan.
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada para umatnya agar mencontoh setiap ucapan dan perilaku beliau yang selalu berlandaskan perintah Allah Swt. Beliau juga mengajarkan agar kita senantiasa menebar kebaikan meski itu hanya satu ayat atau satu kalimat.
Bila direnungi, ajaran Rasulullah tersebut menyiratkan pesan penting bagi kita untuk selalu belajar dan belajar. Jadi logikanya begini; satu ayat saja kita diperintah untuk menyampaikannya kepada orang lain, apalagi bila kita bisa memahami lebih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan juga hadits-hadits nabi? Tentu akan lebih banyak kebaikan yang dapat ditebarkan kepada sesama manusia, baik melalui ucapan maupun kata-kata lewat media sosial, media cetak, dan sejenisnya.
Abaikan haters
Biasanya, dalam bermedia sosial kita akan dihadapkan dengan ulah para haters atau orang-orang yang membenci dengan aktivitas yang kita lakukan. Entah itu aktivitas yang positif maupun negatif, selalu ada orang yang tak berkenan alias tak menyukainya. Hal ini tentu wajar, karena ada dua jenis manusia di dunia ini; manusia baik dan manusia tidak baik. Jadi bukan merupakan hal aneh bila dalam berbuat kebaikan ada saja orang yang membencinya.
Rasulullah Saw., hamba pilihan Tuhan, seolah tak pernah lepas dari gerombolan orang-orang yang memusuhi dan membencinya. Belajar dari perjalanan hidup beliau, maka seyogianya kita tak perlu merasa risau dan bersedih hati ketika kata-kata kebaikan yang kita tebar di berbagai media sosial mendapat respon tak baik dari para haters
Abaikan haters dan jangan mudah terpancing amarah selama apa yang kita lakukan merupakan sebuah kebenaran yang bermanfaat untuk sesama manusia. Karena yang namanya aral melintang pasti akan selalu kita jumpai dalam setiap hal yang kita kerjakan.
“Bila kata-kata berisi kebaikan saja bisa mendatangkan pahala, sementara kata-kata yang tidak baik bisa mendatangkan dosa, mengapa kita tidak memilih saja untuk selalu berupaya berkata-kata yang baik?”
Oleh: Sam Edy Yuswanto