Tidak seperti sedekah yang ketika tangan kanan memberi maka sebisa mungkin tangan kiri tidak melihat. Tidak juga seperti shalat tahajud yang dikerjakan sepertiga malam ketika orang lain terlelap dalam tidurnya. Ibadah Haji dan umrah justru dianjurkan agar dilakukan dengan terang-terangan, karena di dalam pelaksanaannya terdapat unsur Syiar Islam. Ya, sama halnya seperti shalat Idul Fitri ataupun Idul Adha yang juga perlu untuk ditampakkan di tanah lapang.
Coba kita lihat bagaimana ketika para sahabat hendak menjalankan umrah, mereka menunjukkan hajatnya dan sengaja berpamitan kepada Rasulullah. Tidak malah menyembunyikan dari kerabatnya. Melalui proses pamitan ini para jamaah dan kerabat bisa saling memotivasi, mendoakan dan menitipkan amanah.
Karena (niat ibadah haji perlu ditampakkan) itulah menjadi penting bagi seorang yang hendak menjalankan ibadah haji untuk sering-sering menata kembali hatinya. Sekali saja niatnya tercampur dengan sifat takabbur seperti riya’ atau sum’ah, maka keikhlasannya dapat ternoda. Ibadahnya pun rawan terkotori dengan syirik kecil.
Mari kita lihat bagaimana persiapan Rasulullah sebelum menjalankan prosesi ibadah haji. Ketika keluar dari Kota Madinah, beliau berdoa kepada Allah agar terhindar dari riya’ dan sum’ah.
Dari teladan inilah kemudian para ulama mengimbau agar kita pun memulai umrah dengan doa,
اللهم اجعله حجّا لا رياء فيه ولا سمعة
allahummaj’alhu hajjan, la riya-a fihi wala sum’ah
“Ya Allah, semoga ibadah haji ini terlaksana tanpa adanya unsur riya’ maupun sum’ah.” (Syamail Muhammadiyah, Imam at-Tirmidzi)
Maka untuk mengiringi niat beribadah haji ini, hendaknya kita tata kembali niat melaksanakan ibadah umrah.
Hal-hal yang berpotensi mengganggu keikhlasan niat kita seperti perhiasan, pakaian yang glamor, sosial media, hendaknya disisihkan terlebih dahulu.
Imam an-Nawawi bahkan menganjurkan, jika pelana hewan tunggangan yang bentuknya tinggi dapat membuat seorang lebih takabbur (karena merasa lebih baik dibanding pelana pada umumnya), maka hendaknya ia melepas pelana hewan tunggangannya.
Semoga ibadah yang telah kita rencanakan akan dimudahkan oleh Allah dan dicatat sebagai amal shalih yang maqbul dan mabrur. Terhindar dari rasa ingin dipuji, dilihat, atau didengar kehebatannya oleh orang lain. Amiin.
Shafa Al Anshor Kal-Tim
www.shafa-alanshor.com