Hal yang sering dibahas terkait gaya hidup atau lifestyle masa kini adalah masalah kesehatan jiwa yang semakin meningkat. Kesehatan mental atau jiwa manusia yang semakin tinggi ditengarai akibat persaingan yang kuat di dalam masyarakat untuk meraih kesuksesan dalam hal materi. Lantas, bagaimana sebenarnya Islam memandang terkait kesehatan mental itu sendiri?
Islam ternyata juga mengenal konsep terkait kesehatan mental atau kejiwaan. Selama masa keemasan peradaban Islam, konsep kesehatan jiwa atau at-tibb ar-ruhani dikembangkan pertama kali oleh ilmuwan Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi dari Persia. Al Balkhi menulis sebuah buku berjudul Makanan untuk Tubuh serta Jiwa yang menarik hubungan antara penyakit jiwa dan tubuh.
Ia membagi kesehatan mental sebagai tibb al qalb serta kesehatan spiritual sebagai at-tibb ar-ruhani. Al Balkhi menuliskan bahwa baik tubuh serta jiwa keduanya sama-sama bisa jatuh sakit. Jiwa yang tidak seimbang ditandai dengan rasa sedih, marah, gelisah, serta perasaan yang membuat rasa tidak tenang.
Selain Al Balkhi, ada pula Al Tabari yang menemukan konsep psikoterapi untuk mengobati pasien dengan gangguan kejiwaan. Menurut Al Tabari, rasa sakit pada pasien bisa timbul akibat keyakinan dan imajinasi sesat. Untuk mengatasinya maka dilakukanlah konseling bijak oleh dokter yang memiliki humor tinggi untuk meningkatkan rasa percaya diri pada pasien.
Berkembangnya ilmu terkait kesehatan jiwa oleh ilmuwan – ilmuwan muslim tentu tidak terlepas dari bagaimana Al Quran serta hadits memandang kesehatan jiwa itu sendiri. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sebagai suri tauladan terbaik telah menyampaikan hadits-hadits terkait kesehatan jiwa sebelumnya.
Beliau menyampaikan dalam hadits riwayat Ibnu Maajah mengenai thinin nafs atau jiwa yang bahagia merupakan salah satu bagian dari kenikmatan surga. Pasalnya, dalam surga manusia memang sudah tidak lagi merasakan rasa takut, khawatir, iri, kesedihan, sakit hati dan sebagainya. Semua ini merupakan hal yang membuat seorang manusia bisa merasakan hati yang bahagia atau jiwa yang sehat.
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam juga menyampaikan indikator jiwa yang sehat di dalam beberapa haditsnya. Rasa aman adalah salah satu indikator tercapainya kesehatan serta kestabilan mental. Dalam hadits riwayat Tirmidzi beliau shalallahu alaihi wa salam menyampaikan bahwa seseorang seolah mendapat semua kenikmatan dunia apabila ia bangun di pagi hari dalam kondisi:
Merasa cukup dan bersyukur akan adanya tiga hal ini akan membuat jiwa seseorang menjadi sehat dan bahagia. Pasalnya ia tidak lagi merasa kurang dan terus-menerus mengejar dunia yang tiada habisnya.
Dalam Islam, jiwa yang sehat bisa diperoleh apabila manusia menjalani lifestyle yang sederhana dan terus bersyukur terhadap penciptanya. Membantu orang-orang di sekeliling kita pun bisa mendatangkan rasa bahagia.
Wallahu a’lam