Kisah penyembelihan Nabi Isma’il ‘alaihis salam oleh sang ayah, yaitu Nabi ibrahim ‘alaihis salaam, kemudian Allah ganti dengan domba besar, mengajarkan pada manusia tentang pentingnya pendidikan agama bagi keluarga. Sikap sabar dan pasrah pada kewajiban yang diperlihatkan oleh Nabi Isma’il, tidak serta merta turun begitu saja.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Dia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. ash-Shaffat: 102).
Ungkapan “wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang orang yang sabar,” adalah jawaban yang datang dari jiwa yang terdidik selama bertahun-tahun. Bahkan pendidikan dari nabi Ibrahim pada puteranya telah dilakukan sejak nabi Isma’il masih bayi.
Bayi kecil Isma’il dan ibundanya diuji untuk tetap patuh kepada Allah, meskipun mereka berdua hampir mati kehausan di tengah padang pasir. Hingga datangnya pertolongan Allah yang memunculkan sumur Zam-zam.
Salah satu bukti keseriusan nabi ibrahim ‘alaihis salam dalam mendidik keluarganya agar menjadi manusia yang bertaqwa dan patuh totalitas pada agama Allah disebutkan dalam al-Qur’an:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. al-Baqarah: 132)
KITA TIDAK BISA MEMBAYANGKAN APABILA KEJADIANNYA BERLANGSUNG HARI INI….
Segala puji bagi Allah yang memilih para nabi dari manusia terbaik dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Apabila perintah untuk menyembelih sang anak itu ditimpakan kepada manusia-manusia jaman kita saat ini (meski hari ini tetap ada anak-anak muda yang bertaqwa dan patuh kepada Allah). Mungkin episode kejadiannya tidak sama…! Muncul di kabar tv atau media sosial: SEORANG YANG MENGAKU NABI TEWAS DI TANGAN ANAK-NYA…!!!
Anak ABG yang kemana-mana pergi bersama gank-nya, bergaul bebas laki-perempuan, tidak mengenal sholat (meski dahulu waktu kecil diajarkan oleh guru guru ngaji mereka). Kemudian dihadapankan dengan pilihan mati, karena alasan ketaatan pada Allah…? tentu tidak gampang bagi mereka.
Anak muda yang lama tidak disentuh oleh belaian iman dan ibadah, susah diharapkan oleh orang tua untuk menjadi anak-anak pewaris agama yang baik. Sehingga, apabila orang tua berkehendak memiliki keturunan yang meringankan beban di akhirat kelak, pilihannya hanya satu: DIDIK ANAK KETURUNAN DENGAN AGAMA ISLAM YANG KOKOH….
Samoga Allah mudahkan kita dalam mendidik keimanan anak keturunan kita.
TENTU….
Tidak sama perbandingannya antara manusia biasa dengan nabi, tetapi orang-orang sholeh yang bukan nabi mendidik anak anak mereka agar rela berkorban demi agama Allah. Dan SUKSES, dengan izin Allah…
Sebagaimana Zubair bin Awwam radhiyallaahu ‘anhu yang membawa anak pertamanya, Abdullah bin Zubair di perang Yarmuk, sedangkan Abdullah baru berusia sepuluh tahun. Dan Abdullah bin Zubair radhiyallaahu ‘anhumaa ketika dewasa dikenal sebagai pahlawan Islam yang pemberani dan mati syahid menghadapai Hajjaj ats-Tsaqafi yang kejam.
Ada juga Saad bin Khaitsamah radhiyallaahu ‘anhumaa, shahabat Anshar termasuk peserta Ba’iatul Aqabah ke 2 di hadapan Kanjeng Nabi. Saat perang Badar, sang bapak (Khaitsamah) menyampaikan, : ‘Harus ada salah satu di antara kita yang tinggal di rumah. biarkan aku pergi berjihad dan engkau tinggal bersama keluarga.” Saad berkata kepada sang ayah: “Kalau bukan urusan surga, saya pasti mengalah pada ayah. Tetapi sungguh, saya berharap mati syahid yang kini ada di hadapanku.” Dan beliau pun mati syahid di perang Badar.
Ada lagi kisah Shilah bin aSy-yam yang ikut berperang di wilayah seberang sungai Jihun, bersama dengan sang putera. Shilah berkata: “Wahai anakku, majulah dan berperanglah (hingga mati syahid) agar aku mendapat pahala dari Allah karena kesabaraku kehilangan dirimu.” Mak sang anak pun maju dan berperang hingga terbunuh. Kemudian Shilah maju berperang dan terbunuh. Mendengar kematian mereka berdua kaum muslimah mendatangi isteri Shilah yang bernama, Mu’adzah. Sang isteri (yang terdidik Islam dengan baik) menyampaikan kepada para tamu, “Saya ucapkan selamat datang kepada anda sekalian, apabila anda datang untuk mengucapkan selamat kepada (atas kehormatan mati syahidnya sang suami dan putera). Tetapi apabila anda sekalian datang untuk tujuan lain (berbela sungkawa), maka silahkan anda sekalian pulang ke rumah.”
MEMANG, AGAMA DAN IMAN TIDAK BISA DIWARISKAN…..DIA TUMBUH DAN KUAT KARENA DIDIKAN…
fahruroziabusyamil
#haramainupdate