Sholat Dhuha adalah sholat sunah yang dikerjakan di antara waktu terbitnya matahari setinggi tombak sampai dengan sebelum tergelincirnya matahari di siang hari.
Jumlah rakaatnya ada yang 2, 4, dan yang paling banya adalah 8 atau 12 rakaat.
Dalam beberapa keterangan sholat dhuha memiliki keistimewaannya tersendiri, di antaranya adalah sebagaimana dikutip dalam kitab Sunan Abi Dawud karya Abu Dawud al-Sijistani (w. 275 H)
Dhuha Jadi Sedekah Anggota Badan
Pertama, alternatif lain untuk membayar sedekah seluruh anggota tubuh manusia. Dalam hadis riwayat Abu Dzar diterangkan bahwa setiap dari persendian (pertemuan dua tulang) anak Adam ada sedekah yang harus ditunaikan. Dan sholat dhuha adalah alternatif lain untuk membayar sedekah tersebut.
“Setiap persendian kalian memiliki kewajiban untuk bersedekah setiap harinya, maka dari itu setiap sholat adalah sedekah baginya, puasa adalah sedekah, haji adalah sedekah, untaian tasbih, takbir dan tahmid adalah sedekah, -sedekah untuk membayar setiap kewajiban persendian-.” Rasulullah menghitung setiap amal soleh tersebut kemudian mengatakan, “dua rakaat fajar cukup untuk membayar sedekah tersebut.” (HR. Abu Dawud)
Al-‘Adzim al-Abadi menukil sebuah pendapat yang menyebut bahwa sedekah ini adalah ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta karena setiap harinya anggota badan kita sempurna tanpa cacat sedikitpun, oleh sebab itu maka ia harus ditunaikan sedekahnya.
Menghapus Kesalahan Sebanyak Buih di Lautan
Kedua, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meskipun lebih banyak dari buih di lautan. Dengan beberapa catatan, pertama kesalahan tersebut bukan merupakan dosa besar yang membutuhkan pertobatan terlebih dahulu.
Kedua, ia belum beranjak dari tempat dia mengerjakan salat subuh sampai dia mengerjakan sholat dhuha, dan yang terakhir ia tidak mengatakan kecuali hal-hal baik. Sebagaimana riwayat Mu’adz bin Anas al-Juhani, di bawah ini.
“Barangsiapa yang duduk di tempat ia salat ketika ia usai mengerjakan salat subuh sampai ia mengerjakan dua rakaat sholat dhuha, dan ia tidak mengatakan kecuali hal-hal baik, maka diampunialah kesalahan-kesalahannya meskipun lebih banyak dari buih di lautan.” (HR. Abu Dawud)
Masuk Daftar Penghuni Surga Illiyin
Ketiga, akan dicatat oleh malaikat, di antar menghadap Allah, dan didokumentasikan dalam ‘illiyyin, demikian pendapat ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad.
Catatan tersebut akan terdokumentasikan dengan baik di ‘illiyyin, yakni catatan amal baik yang ada di bawah ‘arsy atau ada juga yang mengatakan sebagai surga yang paling tinggi (‘illiyin). Ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah.
“Sholat sesudah sholat dan tidak ada di antara keduanya hal-hal yang sia-sia, akan dicatat di ‘illiyyin.”
Pada dasarnya hadis ini umum. Bisa saja semua sholat wajib setelah sholat wajib. Atau sholat sunah setelah sholat wajib, dengan catatan antara keduanya tidak ada hal sia-sia dan hanya diisi dengan kebaikan-kebaikan. Pahalanya sama saja. Itulah alasan mengapa Abu Dawud memasukkannya pada pembahasan sholat Dhuha.
Menolak Marabahaya
Keempat, agar terhindar dari kelalaian dan mara-bahaya. Demikian pendapat al-‘Adzim Abadi dalam Syarh Sunan Abi Dawud.
Yang dimaksud dari kelalaian adalah perbuatan dosa yang akan diampuni oleh Allah. Ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Qudsi dari Nu’aim bin Hammar dari Rasulullah Saw.
Allah Swt berfiman: “Wahai anak Adam jangan sampai terlewat darimu untuk mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan empat rakaat di awal siangmu, maka Aku akan memenuhi sisa harimu.”
Itulah empat keutamaan sholat dhuha dari riwayat-riwayat yang terhimpun dalam Sunan Abi Dawud. Semoga kita senantiasa diberikan kemampuan untuk mengerjakannya. Aamiin.
Wallahu a’lam.